MuayThai di Periode
Thonburi B.E. 2.310-2.324 (1.767 – 1.781 CE)
![]() |
Patung Nai Khanom tom |
Periode
Thonburi dimulai pada tahun 2.310-2.324 ( 1.767-1.781 CE). Masa itu adalah
pembangunan kembali setelah restorasi di masa damai. Pelatihan MuayThai
merupakan hal yang utama dalam hal penyelesaian konflik antar individu selama
masa perang dan atau selama wajib militer. Diadakan sebuah tournament MuayThai
selama masa itu mempengaruhi bentuk tournament di masing –masing camp ditiap
tiap wilayah kerajaan. Tidak ada bukti-bukti yang ditemukan mengenai
aturan-aturan pertandingan, hal ini menunjukkan bahwa petarung bertarung tanpa
system point yang resmi. Sehingga dipastikan pertarungan dimulai dan diakhir
sampai salah satu petarung KO atau menyerah, dan pemenang memperoleh kemenangan
mutlak.
Tournament
dilakukan ditempat terbuka dan seringnya diarea candi. Petarung membalut
tangannya, mengenakan ikat kepala atau mongkon dan amulet atau pa-pra-jiat yang
diikatkan dilengan kanan.
MuayThai di Periode
Ratanakosin
Era
pertama kali di periode ini adalah masa pemerintahan Raja Rama I - Raja Rama IV
(B.E 2.325-2.411, 1.782 – 1.868 CE). Dimasa ini, MuayThai menjadi Seni Beladiri National dan menjadi bagian
yang penting disetiap acara perayaan/festival.
Pada
era Ratanakosin, telah ditetapkan regulasi pertandingan , khususnya terkait
dengan lamanya pertandingan ditiap ronde dan pengawasan waktu pertandingan untuk
mencegah persekongkolan permainan curang atas waktu pertandingan. Batok kelapa
dilubangi dan airnya ditampung di bak air. Ketika batok kelapa tenggelam, drum
berbunyi yang menandai berakhirnya ronde. Tidak ada batasan jumlah ronde yang
dijalankan , jadi petarung bertanding sampai menang mutlak atau salah satu
peserta menyerah kalah.
Periode Raja Rama I
Pra
Puttha Yord Fa Chula Loke, The Great (B.E. 2325-2352, 1782-1809 CE)
Raja
Rama I, dilatih sebagai petarung sejak usia dini. Beliau terkesan dan tertarik
dengan MuayThai serta sering menonton pertandingan MuayThai.
Pada
tahun B.E. 2331 (1788 CE), 2 orang asing
dan bersaudara, berkelana keliling dunia dan berdagang, tiba di Bankok. Sang adik, adalah petarung yang cukup baik
dan sering memenangkan pertarungan dari pertarungan selama melakukan perjalanan
keliling dunia. Dia memberitahukan kepada Pra YaPra Klang bahwa dia ingin
bertarung melawan Petarung Thayland. Permintaan itu disampaikan kepada Raja
Rama I dan setelah berkonsultasi dengan Pra Raja Wangboworn, Ketua Tinju
MuayThai setuju dengan memberikan hadiah pertandingan sebesar 50 Chang (setara
4.000 Baht). Pra Raja WangBoworn menyeleksi para petarung dan terpilihlah
Petarung bernama “Muen Han” untuk melawan petarung asing yang diselenggarakan
di belakang Candi Permata Buddha di Istana. Arena pertandingan dibuat seluas 20
x 20 meter. Pertandingan tidak berdasarkan angka(point/score), tetapi
diselenggarakan sampai diketahui pemenang menang secara mutlak.sebelum
bertarung, Muen Han mengolesi tubuhnya dengan minyak herbal dan mengenakan
amulets di lengan atas. Dia bawa menuju ring dengan tangan diatas bahu
temannya. Ketika pertarungan dimulai, terlihat jelas petarung asing memiliki
berat badan lebih berat, lebih tinggi dan lebih kuat daripada Muen Han. Ketika
jarak cukup dekat , Petarung asing melakukan teknik gulat dan berusaha
mematahkan leher. Untuk mencegahnya, Muen Han berusaha menendang dan
menggunakan stepping kicks (tendangan yang dimulai dengan langkah 1, 2 untuk
mengecoh (bukan tendangan langsung). Muen Han mencoba mengendalikan pertarungan
dengan menggunakan footwork dan kecepatan. Akhirnya, petarung asing mulai
kelelahan dan mulai terlihat mulai kalah. Menyadari hal tersebut, saudara dari
petarung asing tersebut loncat kedalam ring untuk menolong sang adik.hal ini
menyebabkan keriuhan yang menyebabkan terhentinya pertarungan. Banyak warga
asing mengalami luka-luka. Dua bersaudara tersebut, setelah sembuh dari
luka-luka, meninggalkan Thailand.
Periode Rraja Rama II
Raja
Pra Buddha Lert La Napa-Lai (B.E. 2352-2367, 1809-1824 CE)
Ketika
masih muda, sang raja belajar MuayThai di Camp Bang Wa Yai (Watrakangkositaram)
dibawah bimbingan Master MuayThai dan Jendral Perang “Somdet Prawanarat (Tong
You). Di usia 16 tahun, beliau belajar MuayThai di Departemen Boxing. Beliau
merubah nama olahraga tersebut dari “Ram Mad Ram Muay” menjadi “MuayThai”.
Periode Raja Rama III
Raja
Pra Nangklao (B.E. 2367-2394, 1824-1851 CE)
Raja
Rama III belajar MuayThai di Departemen Tinju. Selama masa pemerintahannya,
anak-anak Thailand suka bertarung, dan mereka belajar MuayThai dan Pedang Khun
Ying Moe. Khun Ying Moe terkenal karena memimpin para wanita pemberani dalam
invasi pasukan dari Pangeran Anuwong dari Vientienne, Laos, yang telah
menyerang Kota Korat.
Periode Raja Rama IV
King
Chomklao (B.E. 2394-2411, 1851-1868 CE)
Ketika
masih muda, Raja Rama IV, sangat suka berpakaian ala Petarung . beliau juga menyukai
seni pedang. Sering, beliau, bertarung dan mengikuti kompetisi seni pedang dan
boxing selama perayaan di halaman candi Budha Permata. Di era ini, Thailand
melihat pertumbuhan olahraga dan budaya dari Negara –negara barat(eropa). Maka
MuayThai kembali menjadi olahraga yang popular dan menjadi symbol yang kuat
sebagai budaya Thailand
Periode Raja Rama V
Raja
Chulachomklao (B.E. 2411-2453, 1868-1910 CE)
Raja
Rama V belajar MuayThai dengan Master Luang Pola Yotanuyoke di Departemen
Tinju. Dari waktu ke waktu beliau memerintahkan aparat kerajaan untuk
menyelenggarakan pertarungan dengan petinju terbaik untuknya. Beberapa turnamen
diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan tenaga pengawal pribadi Kerajaan. Raja
Rama V mengetahui nilai MuayThai. Beliau memerintahkan untuk mempromosikan
olahraga MuayThai dan menyelenggarakan pertandingan. Beliau juga mempromosikan
Muay Luang, atau pusat tinju kerajaan untuk melatih anak-anak muda. Muay Luang
juga menyelenggarakan dan mengendalikan Pertandingan MuayThai. Kantor kerajaan
juga mengirim undangan resmi ke Pimpinan Muay Luang untuk datang untuk
berpartisipasi dalam kegiatan kenegaraan dan festival. Para juara MuayThai akan
dipromosikan Sang raja untuk mengisi posisi “Muen” atau sebagai Staff Ranking
I.
In
B.E. 2430 (1887 CE), Raja Rama V Mendirikan Departemen Pendidikan . MuayThai
masuk menjadi kurikulum dari pendidikan yang diajarkan oleh Guru olahraga
disekolah-sekolah dan di sekolah kadet militer Kerajaan Prachufachomktao.
Periode adalah masa keemasan dari MuayThai
Periode Raja Rama VI
Raja
Mongkhut Klao Chao Yu Hua (B.E. 2453-2468, 1910-1925 CE)
Selama
masa ini, Thailand mengalami Perang Dunia I. Tentara Thailand ditempatkan di
Francis dengan Jendral Praya Dhepasadin sebagai Komandannya. Jendral Praya
Dhepasadin mencintai MuayThai dan menyelenggarakan pertarungan untuk menghibur
para pelayan Eropa. Mereka sangat menikmati pertandingan dan mulailah orang
Eropa tertarik dengan MuayThai.
Di
tahun B.E. 2464 (1921 AD) setelah perang, untuk pertamakalinya Stadion Tinju
dibangun dibawah Stadion sepakbola di Sekolah Suan Khulab. Untuk pertama
kalinya penonton dapat duduk atau berdiri disekitar ring.
Ring
berbentuk persegi dengan ukuran 26 x 26 meter. Petinju membalut tangannya
dengan tali katun, mengenakan ikat kepala atau mongkon, dan amulet atau
pa-pra-jiat dilengan atas. Mereka mengenakan celana pendek dengan pelindung
kemaluan dan pinggang diikat dengan kain panjang. Mereka tidak mengenakan baju
dan sepatu. Wasit mengenakan seragam pakaian Thailand model lama dengan baju
putih kerajaan dan kaoskaki putih
Pertarungan
terhebat di periode ini adalah antara
Muen Mad man, umur 50 tahun dan Nai Pong Prabsabod , lelaki tinggi dan berumur 22 tahun yang
berasal dari Korat. Si Pemuda bertarung untuk membalas dendam atas kematian
ayahnya yang terbunuh dalam pertarungan dengan Muen Mad Man yang diadakan
dipemakaman Khun Marupongsiripat.
Memasuki menit ke 2, Muen Mad Man KO oleh Nai Pong. Para penonton sangat
senang dan ketika Mad mencoba memberikan ucapan selamat kepada Nai Pong.
Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menenangkan situasi pada saat itu.
Kejadian
ini jelas menjadi masalah dan komite berusaha menyelesaikan permasalahan ini.
Akhirnya, diputuskan bahwa ring ditetapkan lebih tinggi 4 kaki dari tanah,
ditutup dengan matras dari rumput dan dikelilingi oleh tambang 1 inchi. Ada
sedikit ruang untuk masing-masing petarung untuk masuk kedalam ring di sudut
ring. Wasit mengenakan pakaian seragam dan ada seorang yang memantau waktu
dengan menggunakan 2 petunjuk waktu. Drum digunakan disetiap pergantian ronde
dan pertandingan diadakan sebanyak 11 ronde dan 3 menit tiap ronde. Pertarungan
dihentikan ketika wasit memerintahkan dan saat itulah petarung dilarang
menyerang. atau disaat lawat terjatuh. Musik dimainkan selama pertandingan
berlangsung dan dimainkan oleh orchestra Muen Samak Saingprachit.
Periode Raja Rama
VII
Raja
Pok Klaochao Yu Hua (B.E. 2468-2477, 1925-1934 CE)
Jendral
Dhepasadin membangun stadion tinju dengan nama “Lak Muang di Tachang. Tahun
B.E. 2472 (1929 CE) pemerintah mensyaratkan semua petinju mengenakan sarung
tinju. Sarung tinju diperkenalkan pertamakali oleh petinju Philipina yang
dating ke Thailand untuk pertandingan internasional. Diawal permulaan
pengenalan sarung tinju, terdapat kejadian tragis dan kecelakaan yang sangat
fatal ketika Nai Pae Liangpraset dari Ta sao, Provinsi Uttaradit, terbunuh oleh
Nai Jia Kakamen dalam pertandingan tindung yang diadakan dengan gaya (style)
Kad-Chuck dimana tangan petinju dibalut oleh kain katun.
Di
bulan November B.E. 2472 (1929 CE) Chao Khun Katatorabodee organisasi tinju
pertama yang mengadakan pertandingan bersama dengan penyelengara festival di
taman bermain di Taman Lumpini. Hanya petinju terbaik yang dipilih untuk
bertanding setiap hari sabtu. Sebagai orang terpelajar dan mendunia, beliau
mengembangkan standart ring tinju internasional dengan tiga tali dan lantai
dari kanvas. Ada sudut merah dan sudut biru, dua juri, dan wasit pertandingan.
Disinilah pertama kali bell digunakan sebagai penanda pergantian ronde.
Untuk
merayakan malam tahun baru, pertandingan dijadwalkan antara Saman Dilokwilas
dan Det Poopinyae, mengiringi pertarungan puncak antara Nai Air Muangdee dan
Nai Suwan Niwasawat. Nai Air Muangdee adalah petinju pertama kali yang
mengenakan pelindung kemaluan yang terbuat dari besi, sejak itu digunakan
secara umum.
Periode Raja Rama VIII
Raja
Ananddhamahidol (B.E. 2477-2489, 1934-1946 CE)
Antara
tahun B.E. 2478-2484 (1935-1941 CE), orang kaya dan terpandang membangun
stadion tinju di Chao Chate dan stadion tinju itu bernama Suan Chao Chare
Boxing Stadium sebagai hadiah untuk Departemen Pelatihan Kepegawaian.
Stadion
dijalankan oleh militer dan menjadi ajang bisnis yang sangat baik. Sejumlah
pendapatan yang diperoleh dari stadion disumbangkan untuk mendukung aktivitas
militer. Setelah beberapa tahun, perang dunia kedua meletus. Disaat itulah
stadion ditutup. Tentara Jepang tiba di Thailand pada tanggal 8 Desember BE
2.484 (1.941 CE)
Di
tahun B.E. 2485-2487 (1942-1944 CE), ketika perang masih berlangsung,
pertandingan tinju diselenggarakan di gedung bioskop di siang hari. Ada
beberapa stadion tinju yaitu di Patanakarn, Ta Prachan, dan Wongwian Yai dimana
masyarakat mendapat hiburan.
Pada
tanggal 23 Desember, B.E. 2488 (1945 CE), Stadion tinju Ratchadamnern dibuka
secara resmi. Mr. Pramote Puengsoonthorn sebagai ketua dan Praya Chindharak
sebagai administrator. Promotornya adalah Mr. Chit Ampolsin (Kru Chit).
Pertandingan diadakan setiap Hari Minggu dari jam 4 sore – 7 malam. Peraturan
diatur oleh Departemen Pendidikan olahraga. Pertandingan selama 3-5 menit tiap
ronde dengan tiap 2 menit istirahat antar ronde.petarung ditimbang dengan batu.
Dua tahun kemudian berat diukur dengan satuan kilogram, dan di tahun BE 2.491 (1.948 CE) satuan berat
pounds diadopsi sebagai alat ukur berat petarung dan dijadikan sebagai standart
internasional. Pembagian kelas didasarkan atas berat badan, sebagai contoh,
kurang dari 112 pound. Kelompok kelas berdasarkan nama internasional seperti
flyweight (kelas terbang), bantamweight (kelas bantam). Pertandingan diadakan
untuk memilih juara ditiap kelas, mengikuti aturan internasional. Banyak aturan tambahan ditambahkan dalam
peraturan MuayThai. Hal ini sekarang dilarang untuk menyerang bagian terlarang
sejak teknik tersebut cukup tidak terkenal sebagai bentuk serangan dan menjadi
bahan perdebatan sebagai seni yang baik dari Thai boxing.
-----
-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar